Revisión Buku Novela: Ginko – Jun’ichi Watanabe

Aún lama ini sekitar bulan Lalu, saya iseng-iseng pergi ke salah satu Toko buku, berputar-Putar dari rak buku yang ke saturación rak buku yang lain, bosan daripada berputar-Putar . mencari buku yang dicari iseng-iseng novela principal buku rak ke, Clasificación no sengaja saya melihat salah satu buku bagus, biasanya kebanyakan buku novela tentang Sejarah párr samurai shogun Jepang era pada
Pertama saya Lihat dari judulnya berjudul Ginko, yang Ternyata sudah menjadi best seller internacional, sepertinya wah bagus sangat pikiran de un radio de saya. Kemudian saya Lihat potongan isi dari belakangnya novela tersebut yang ada di cubierta, bercerita tentang seorang dokter Perempuan Pertama di Jepang. . Dan Ternyata sebuah ini novela biografis, Isinya jadi menceritakan seorang kehidupan Ginko
Tanpa Lagi pikir, langsung saja saya beli buku tersebut. Sampai di rumah langsung saya baca. Buku Pada novela tersebut, pembaca diajak menyelam dan era memasuki di mana kejadian terjadi Muley dari menceritakan lokasinya dan zamannya sampai kendaraan yang saat ada itu, serta bagaimana pola pikir Masyarakat pada zaman tersebut
novela ini menceritakan Ogino Gin seorang (Sekarang Berganti nama Ginko Ogino) yang terlahir di Keluarga petani yang kaya dan tersohor di desa-nya. Beliau mengidap penyakit yang ditularkan olé suaminya, harinya dan pada Malam ia Pulang ke rumahnya, dan menjadi perbincangan párr Tetangga sekitar karena ia pergi dari rumah mertuanya.

Suatu ketika, ia dan ibunya pergi ke Edo (Tokio Sekarang) dan melakukan pengobatan pada seorang dokter terkenal dengan pengobatan ala barat. Pemeriksaan saat Pada, malu sangat dia dan berpikir «suatu saat nanti aku akan menjadi dokter Perempuan», karena malu dan ketakutannya saat pemeriksaan olé dokter tersebut.


Ginko memang dari Kecil sudah senang sekali membaca buku dan ikut sering dengan belajar párr kakaknya dr bersama. Mannen. Dari dr.Mannen itu lah pula ia mendapat rekomendasi untuk berobat ke Edo dan bertemu dengan Banyak orang dan melihat perubahan zaman.

Pada saat itu dominasi kaum laki-laki sangat masih kuat, karena masih mengikuti pola pada zaman shogun, dimana párr Perempuan masih Identik menjadi seorang Istri dan mengurusi rumah Tangga
Setelah sekembalinya dari Edo, ia Terus belajar di rumah sampai kondisinya membaik, meskipun sesekali masih merasakan sakit. Setelah MERASA baik ia bersikeras Kembali ke Edo untuk sekolah meskipun masih Aún adanya sekolah untuk Perempuan saat itu, ada pun kalau, itu berada Agak JAUH dari Edo. Ia pun akhirnya bersekolah dengan mayoritas discípulo laki-laki dengan Banyak sekali perlakuan Buruk kepadanya. Ia pun tetap bertekad untuk meneruskan pendidikannya meskipun mendapatkan perlakuan Buruk demi CITA-citanya untuk menjadi seorang dokter Perempuan untuk membantu párr Perempuan pada zaman itu.

Dari sedikit cerita di atas yang saya telah baca, hikmah ada yang bisa diambil, Terus perjuangkan mu CITA-Cita dan berbagi untuk revisión sedikit sesama.Demikian saya dan cerita dari buku tersebut.

Deja un comentario

Tu dirección de correo electrónico no será publicada. Los campos obligatorios están marcados con *